Yulia Astuti
I34100057, Tugas I Perubahan Sosial.
Departemen sains komunikasi dan pengembangan
masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia , Institut Pertanian Bogor
Teori
Modernisasi, oleh Ikhsan Rosyid, Universitas Airlangga.
Salah
satu teori yang muncul dalam menjawab perubahan sosial masyarakat menuju modern
kemudian dikenal dengan teori modernisasi. Teori ini mendasarkan pada konsep
evolusionisme. Secara historis makna modernitas mengacu pada transformasi
sosial, politik, ekonomi, kultural, dan mental yang terjadi di Barat sejak abad
ke 16 dan mencapai puncaknya pada abad 19 dan 20 (Sztomka, 2008:149). Maka
kemudian teori ini lebih pada menunjukkan tahap-tahap perubahan masyarakat pada
arah tertentu yang kemudian dianggap mencerminkan manusia modern.
Teori
evolusi dan teori fungsionalisme banyak mempengaruhi pemikiran tentang
modernisasi sebagai faktor yang mewujudkan realitas perubahan. Dari sudut
pandang ini,perkembangan masyarakat terjadi melalui proses peralihan dari
masyarakat tradisional ke masyarakat modern. Teori evolusi memandang perubahab
bergerak secara linear dari masyarakat primitif menuju masyarakat maju. Dan
bergerak perubahan itu mempunyai tujuan akhir. Sedangkan teori fungsionalisme,
memandang masyarakat sebagai sebuah sistem yang selalu berada dalam
keseimbangan dinamis. Perubahan yang terjadi dalam unsur sistem itu akan
diikuti oleh unsur sistem lainnya dan membentuk keseimbangan baru.
Dalam
teori modernisasi klasik masih berasumsi bahwa negara Dunia ketiga merupakan
negara terbelakang dengan masyarakat tradisoonalnya. Sementara negara-negara
Barat (Eropa dan Amerika Serikat) dilihat sebagai negara modern. Sehingga
gejala dan kondisi yang terjadi dalam masyarakat diukur menurut pandangan Barat
dalam menentukan tingkat modernitas. Sehingga tidak salah kalau Gramsci
mengetakan telah terjadi hegemoni budaya terhadap negara Dunia ketiga.
Masyarakat kemudian lebih banyak mengadaptasi nilai-nilai gaya hidup Barat
sebagai identitas modern sehingga kecenderungan dilihat sebagai westernisasi.
Menurut
Chuanqi dalam artikel The
Civilization and Modernization yang
dipresentasikan diWorld Congress of International Institute of Sociology Social
Change in the Age of Globalizationmengatakan bahwa teori
modern klasik pada periode 1950-1960-an dipelopori oleh munculnya buku-buku
seperti The Passing
of Traditional Society: Modernizing the Middle East(Lerner
1958), Politics of
Modernization (Apter 1965), Modernization: Protest and Change(Eisenstadt
1966), Modernization: The Dynamics of Growth (Weiner 1966), Modernization and
the Structure of Society (Levy 1966), The Dynamics of Modernization (Black
1966), The Stages of Economic Growth (Rostow 1960), Political Order in Changing
Society ( Huntington 1968), dan
lain-lain. Paling tidak pengertian umum tentang modernisasi adalah proses
sejarah pada pada transformasi perubahan besar-besaran dari pertanian
tradisional ke masyarakat industri modern sejak masa revolusi industri abad
XVIII. Proses modernisasi berlangsung revolusioner, komplek, sistematik,
global, jangka panjang dan progresiv. Sehingga akan menghasilkan kristalisasi
dan difusi modernitas klasik.
Penganut
modernisasi klasik memandang perkembangan masyarakat akan menuju pada suatu tata
kehidupan masyarakat modern. Smelser, melihat fungsi kelembagaan modern lebih
kompleks dari pada kelembagaan tradisional. Dalam perkembangan ekonomi menurut
Rostow, masyarakat modern berada dalam tahap komsumsi tinggi dengan pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, sedangkan masyarakat tradisional mengalami hanya sedikit
perubahan baik dibidang ekonomi maupun social budaya.
Teori
Modernisasi Rostow ini merupakan teori pertumbuhan tahapan linier (linier stage
of growth models). Dimana pembangunan dikaitkan dengan
perubahan dari masyarakat agraris dengan budaya tradisional ke masyarakat
rasional, industrial, dan berfokus pada ekonomi pelayanan. pertumbuhan
ekonomi disebabkan oleh peningkatan secara kuantitas dan kualitas dari faktor
produksi dalam sebuah negara yang meliputi tanah, tenaga kerja, modal, dan
pengusaha.
Menurutnya
terdapat 5 tahapan masyarakat menuju masyarakat modern. Tahap pertama yakni
masyarakat tradisional yang mendasarkan pada pertanian, belum banyak menguasai
ilmu pengetahuan, adanya kepercayaan terhadap kekuatan yang menguasai manusia,
masyarakat cenderung statis dan produksi digunakan untuk konsumsi bukan
investasi. Tahap kedua, Prakondisi u/ Lepas Landas dimana campur
tangan dari luar telah merubah masyarakat tradisional sehingga muncul ide
pembaharuan, ada usaha-usaha untuk meningkatkan tabungan masyarakat.
Tahap ketiga, Lepas
Landas dimana mulai hilangnya hambatan proses pertumbuhan ekonomi, tabungan dan
investasi meningkat, pertanian menjadi usaha komersial untuk mencari keuntungan
bukan untuk konsumsi, industri baru berkembang pesat, dimana keuntungan
ditanamkan kembali pad apabrik baru. Tahap keempat, Bergerak ke Kedewasaan yang mana teknologi
mulai diadopsi secara meluas, negara memantapkan posisinya dalam perekonomian
global dimana barang yangtadinya import kemudian diproduksi sendiri, serta
peningkatan tabungan dan investasi. Sedangkan tahap terakhirkelima, Konsumsi
Massal yg Tinggi, pada tahap ini konsumsi tidak lagi terbatas pada kebutuhan
pokok untuk hidup tetapi meningkat ke kebutuhan yang lebih tinggi, perubahan
orientasi produksi dari kebutuhan dasar menjadi kebutuhan barang konsumsi tahan
lama, surplus ekonomi tidak lagi digunakan untuk investasi tetapi digunakan
untuk kesejahteraan sosial, dan pembangunan sudah berkesinambungan.
Beberapa
ahli meneruskan kajian modernisasi klasik dengan mengamati perkembangan di
tingkat masyarakat. David Mc.Clelland dalam bukunya The Achieving Society (1961), menggunakan pendekatan psikologi. Bagi
dia, kemajuan di bidang ekonomi dipengaruhi tingkat kebutuhan berprestasi.
Masyarakat modern di barat memiliki tingkat kebutuhan berprestasi yang tinggi.
Teori ini sering disebut sebagai teori N-ach (need for achievement). Bahwa
keingian atau kebutuhan berprestasi bukan sekedar untuk mendapatkan imbalan
tetapi juga kepuasan. Pada tingkat makro pertumbuhan ekonomi yang tinggi
didahului oleh n-ach yang tinggi.
Pendapat
Inkeles menyatakan manusia modern tidak memperlihatkan gejala ketegangan atau
penyakit psikologis akibat modernisasi, bahkan menunjukkan pola yang stabil.
Menurut Alex Inkeles dalam bukunya becoming
modern menyatakan
bahwa manusia modern paling tidak memiliki ciri-ciri: sikap membuka diri pada
hal-hal yang baru; tidak terikat terhadap ikatan-ikatan institusi maupun
penguasa tradisional; percaya pada ilmu pengetahuan; menghargai ketepatan
waktu; dan melakukan segala sesuatu secara terencana.
Selanjutnya
ahli sosiologi Max Weber juga ikut memperkaya kajian modernisasi melalui
studinya tentang pengaruh ajaran agama terhadap kemajuan ekonomi. Bagi Weber
nilai agama (etika) Protestan di barat telah menumbuhkan dorongan pada manusia
untuk bekerja keras sebagai suatu tugas suci untuk mencapai kesejahteraan
hidup. Dalam Buku:The Protestant Ethic and the Spirit of
Capitalism (1996) Webe
Weber menjjelaskan bahwa adanya kemajuan ekonomi yang pesat pada beberapa
negara Eropa dan Amerika Serikat dibawah sistem kapitalisme. Semangat
kapitalisme dikarakterisasikan sebagai gagasan bahwa adanya akuisisi terhadap
kemakmuran sebagai akhir pencapaian. Man is
dominated by the making of money, by the acquisition of wealthas the ultimate
purpose of his life. (halaman 53). Semangat kapitalisme kemudian
diterjemahkan sebagai perlakuan etos kerja pada suatu masa dan melampaui
sejarah manusia yang disbeut tradisionalisme. A man does
not ‘by nature’ wish to earn more and more money, but simply to live as he is
accustomed to live and to earn as much as is necessary for that purpose (halaman 60). Makanya dari situ diperlukan
suatu usaha untuk lebih mendapatkan uang. Sebagai hasil analisisnya adalah
adanya etika Protestan. Dimana menjadi anggapan umum bahwa keberhasilan kerja
di duni akan menentukan seseorang masuk surga atau neraka. Berdasarkan
kepercayaan tersebut kemudian mereka bekerja keras utuk menghilangkan
kecemasan. Sikap inilah yang diberi nama etika protestan. Konsep ini kemudian
menjadi konsep umum yang tidak dihubungkanlagi dengan agama. Kajian Weber
kemudian dikembangkan oleh Bellah pada masyarakat Jepang. Etika Samurai yang
tercermin dalam nilai-nilai agama Tokugawa resisten dalam perkembangan ekonomi
industri modern di Jepang.
Perubahan
social dalam pandangan modernisasi klasik, menitikberatkan kemajuan masyarakat
modern terbentuk melalui suatu proses yang sama. Pandangan ini ditinjau kembali
oleh para penganut modernisasi aliran baru. Wong, misalnya menyatakan, kemajuan
ekonomi di Hongkong digerakkan oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki sistem
organisasi tradisional yang bersifat nepotis, paternalistic dan kekeluargaan.
Kasus Indonesia yang diamati Dove, memperlihatkan bahwa budaya local mengalami
perubahan yang dinamis dalam dirinya. Sedangkan, Davis menilai ekonomi
kapitalisme di Jepang tumbuh oleh terbentuknya rasionalisasi agama dan moral
dalam lingkar barikade budaya. Dari sudut pandang politik, Huntington
menyatakan budaya atau agama mempunyai korelasi yang tinggi dengan demokrasi.
Aliran
baru teori modernisasi tersebut mengandung pemikiran bahwa nilai tradisional
dapat berubah oleh karena dalam dirinya mengalami proses perubahan yang
digerakkan oleh perkembangan berbagai factor kondisi setempat misalnya, factor
pertumbuhan penduduk, teknik, apresiasi nilai budaya.
Dari artikel diatas, terdapat salah satu tokoh yang
disebutkan sebagai pencetus salah satu teori perubahan social yaitu
modernisasi, yaitu Rostow. Dalam teori tersebut dikembangkan beberapa tahapan
pertumbuhan yang sering disebut rostow’s growth theory. Teori tersebut menjelaskan bahwa
modernisasi merupakan proses yang memiliki tahapan. Dimana masyarakat akan
berkembang dari masyarakat tradisional dan akan berakhir pada tahap masyarakat
konsumsi tinggi. Apabila kita analisis lebih dalam mengenai teori ini, kita
akan mengetahui tahapan – tahapan perubahan social yang berdasarkan pada
tahapan pertumbuhan pada suatu masyarakat, sudah sampai mana masyarakat
tersebut berada, di stage yang mana dan dalam yang kondisi seperti apa.
Kegunaan teori Rostow :
A.
Menganalisis perkembangan masyarakat
Teori ini berguna dalam menganalisis keadaan suatu
masyarakat, sejauh mana masyarakat atau Negara tersebut mengalami perubahan social
berupa modernisasi. Misalkan untuk Indonesia sendiri, pada umumnya masih pada
tahapan awal yaitu traditional society. Sistem pertanian masih menggunakan cara
cara yang tradisional, tidak efisien, dan masih bergerak di sector primer.
Mobilitas social dan vertical rendah sehingga berdampak negative pada
stabilitas social. Dalam hal ini Indonesia memang sulit untuk bergerak ke
tahapan selanjutnya, perubahan social yang terjadi pun belum mencapai pada the
whole aspect pada seluruh tatanan, baik
dalam sistem pemerintahan, mobilitas social, hingga kesejahteraan masyarakat. Dalam
mencapai proses selanjutnya, Indonesia perlu meningkatkan produktivitas dan
memperbaiki sistem kebijakan agar berdampak pada perubahan secara keseluruhan.
Sedangkan
beberapa Negara lain seperti Malaysia, Singapore, Korea Selatan, dan beberapa Negara
lain yang sudah mencapai tahapan pre-condions to take off, atau bahkan sudah
mencapai kondisi take off seperti korea selatan yang sudah memiliki indutri
terpimpin yaitu industry music dan model yang dapat menopang lebih dari 70%
pendapatan perkapitanya. Sedangkan beberapa Negara lain dapat disimpulkan
pre-conditons to take off karena dilihat dari produktivitasnya yang meningkat,
serta penggunaan teknologi yang sangat bermanfaat sehingga dapat berdampak pada
mobiliitas social individu yang baru dimulai dini.
B.
Memberikan gambaran target dalam perubahan social
terencana
Apabila Indonesia masih mencapai tahapan traditional society,
maka tahapan Rostow ini akan sangat bermanfaat dalam memberikan arahan kepada
sistem pemerintahan untuk memberikan kebijakan yang sesuai untuk mencapai ke
tahapan selanjutnya. Karena di tahapan selanjutnya sudah menggunakan dan
memanfaatkan teknologi yang baik, maka penggunaan teknologi harus diterapkan di
Indonesia. Misalnya seperti itu. Namun hal tersebut harus juga didukung oleh
sistem perubahan social yang baik in a whole aspects, dari segi tatanan
ekonomi, persebaran penduduk, hingga meratanya pembangunan di Indonesia. Salah
satu upaya yang sedang dilakukan adalah program KB yang mencanangkan dua anak
lebih baik. Tidak hanya berdampak pada meningkatnya kesejahteraan karena beban
tanggungan yang tidak banyak pada satu keluarga, tapi juga berdampak pada sector
lain seperti kesehatan, kualitas pendidikan dan produktivitas pada masing
masing individu. Program KB in memberikan kesadaran kepada masyarakat bahwa
memiliki dua anak secara terencana, berarti ikut berpartisipasi dalam program
pengentasan kemiskinan, karena biaya tanggungan hanya untuk dua orang anak,
terkontrol, sehingga dapat ikut dalam proses pembangunan karena pendidikan
terfokus berkualitas untuk dua orang anak saja, maka pendidikan pun kualitasnya
menjadi baik.
Indonesia harus berani bermain di sector global. Di tahun
2013, asean mulai menerapkan pasar bebas ke seluruh Negara yang ada di asean. Hal ini juga dapat menjadi
kesempatan yang baik untuk indonesia dalam memajukan sector industri baik
pangan, fashion, maupun sector lainnya yang dapat memberikan mobilitas maksimum
untuk kepentingan peningkatan kesejahteraan. Di tahun 2011 dan 2012 fashion
menopang lebih dari 50% pendapatan di industry usaha kreatif menengah Indonesia.
Hal tersebut sangat berpotensi dalam membuka gerbang kepada Indonesia untuk
bermain di sector global, dan membuka peluang dalam mengembangkan sistem
pertanian agribisnis yang visioner dan efisien.
Daftar Pustaka
Dick,
Howard. “Industrialisasi Abad ke-19: Sebuah Kesempatan yang Hilang” dalam
Thomas J Linblad, Sejarah
Ekonomi Modern Indonesia: Berbagai Tantangan Baru. Jakarta: LP3ES, 2000.
-----------------, Surabaya,
City of Work : A Socioeconomic History 1900-2000. Ohio: Ohio University Press, 2002.
Rostow, Walt W, The Stages of Economic Growth dalam Economic History Review, New Series, Vol. 12, No. 1
(1959), pp. 1-16, Cabridge: Blackwell Publishing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar